Bicara mengenai arti kebudayaan bagi bangsa Indonesia,
tentunya tidak bisa dipungkiri dari akar yang mendarah daging tentunya Bahasa
Indonesia yang setiap tanggal 28 Oktober kembali kita ucapkan, yaitu menjunjung
Bahasa Indonesia. Jika melihat keadaan Bahasa Indonesia ditengah dunia modern
saat ini, tentunya kita termasuk bangsa yang menjunjung tinggi bahasa ibu. Ini
dibuktikan dalam sejarah bahwa Indonesia baru memasukkan Bahasa Inggris dalam
kurikulum pendidikan pada tahun 1967. Namun sejak saat itu, kemampuan berbahasa
asing bangsa Indonesia makin terasah, hal ini juga berkembang seiring dengan
perkembangan ekonomi Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta,
kemampuan berbahasa Inggris seperti menjadi kemampuan mutlak yang harus
dimiliki jika seseorang mau melamar kerja. Kemampuan berbahasa Inggris mutlak
diperlukan untuk bertahan hidup di Jakarta.
Keberadaan Bahasa Indonesia sebagai jatidiri bangsa mulai
terancam di kota-kota besar, salah satunya di Jakarta. Menurut catatan dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2014 saja ada 111 sekolah
internasional di Indonesia. Sekolah internasional hampir 1000% lebih mahal jika
dibandingkan dengan sekolah negeri, Namun para orang tua berlomba-lomba untuk
mendapatkan pendidikan ini. Lalu bagaimana dengan hasilnya? Seringkali kita
jalan di ruang publik dan mendengar anak berumur 5 tahun bicara bahasa Inggris
dengan fasihnya, tanpa terbata-bata, seakan itu adalah bahasa ibu. Terkadang
malah sang ibu yang kesulitan berkomunikasi dengan anaknya yang sangat fasih
berbahasa asing dan kurang mengerti bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sudah
jelas benar bahwa anak yang terbentuk seperti ini tidak akan mengalami benturan
keras ketika melamar kerja jika ia sudah dewasa nanti, skill bahasa Inggris
seperti ini tentunya menjadi factor penting dalam komunikasi internasional.
Namun yang jadi pertanyaan apakah kita membesarkan semua anak kita untuk
berkiprah dalam dunia bisnis yang penuh dengan kepentingan asing? Apakah kita
harus mendidik anak kita agar patuh terhadap apa yang dikatakan bangsa lain
untuk memajukan ekonomi Indonesia sebagai satu-satunya aspek yang harus
diperjuangkan dalam hidup mereka?
Yang cukup menakutkan adalah jika kita membayangkan
anak-anak ini tumbuh dewasa dengan kemampuan komunikasi terbatas baik lisan
maupun verbal, dan anak-anak ini kehilangan bahasa mereka sendiri. Bayangkan
suatu saat nanti tidak ada lagi generasi yang bisa membaca buku-buku sastra
Indonesia? Bahkan tidak ada lagi komunikasi khas jalanan yang kental dengan
bahasa asli dari daerah tersebut. Fenomena ini harus digarisbawahi sebagai
runtuhnya generasi penerus Bahasa Indonesia.
Kecintaan pada Bahasa sendiri bisa kita lihat pada Negara
Jepang. Dengan situasi di era modern dimana informasi bisa datang dari semua
tempat, Jepang merupakan salah satu Negara dengan teknologi paling modern dan
paling berkembang pesat. Budaya masyarakat Jepang disusupi teknologi yang luar
biasa canggih dalam kesehariannya. Namun ada hal yang sangat penting, yang
tidak bisa disusupi yaitu kecintaan masyarakat Jepang pada bahasa ibu mereka.
Kecintaan inilah yang menjadikan Bahasa Jepang sebagai bahasa ke-6 yang paling
banyak dipelajari di seluruh dunia.
Kembali lagi ke akar dan kultur bangsa, dalam berbudaya
seringkali Indonesia mengalami benturan dengan negeri tetangga, yang tak lain
tak bukan, yang berbatasan langsung dengan Indonesia, yaitu Malaysia. Kita
bersaing dengan Malaysia tidak hanya dalam olahraga, tetapi juga dalam klaim
budaya. Kasus klaim batik sebagai budaya bangsa memang dimenangkan oleh
Indonesia, tetapi mengapa pula harus demikian? Jika nenek moyang kita merekam
sesuatu di atas kain, bukankah berarti ada juga yang melakukan hal itu? Afrika
juga dikenal sebagai benua yang memiliki banyak kain tradisional dengan motif
yang tidak kalah menarik dibanding motif batik Indonesia.
Suatu budaya berkembang dengan
beragam nilai yang bisa dipetik dari berbagai hal, Namun penerapan budaya yang
diserap dalam suatu daerah, dalam hal ini dalam suatu Negara, tentunya haruslah
berkembang dan sesuai dengan pola pikir dan kebiasaan dari masyarakan yang
berada di daerah tersebut. Maka bukanlah suatu hal yang disarankan bahwa dalam
keadaan dunia modern seperti ini kita sebagai Negara timur membuka diri
sebesar-besarnya terhadap kebudayaan yang saat ini merajai dunia. Seharusnya
kita sudah memiliki ide atau gambaran besar, road map, dalam membawa budaya Indonesia menjadi salah satu budaya
paling dikenal di dunia. Kita sebagai bangsa Indonesia, yang tentunya memiliki
nasionalisme yang kuat, sudah harus menyusun strategi untuk berperang di dalam
dunia, dengan senjata yang paling kuat, yaitu budaya Indonesia.
Budaya dengan segala
keindahannya juga adalah salah satu alat politik. Misalnya dalam gemerlap dunia
K-Pop yang saat ini sedang merajalela tersisip pula maksud dan tujuan dari
Negara penghasil budaya ini yaitu Korea. Korea sebagai salah satu Negara dengan
ekonomi yang paling kuat saat ini di dunia, menunjukkan kekuatannya salah
satunya dengan merajai dunia dengan budaya pop asal negeri ginseng ini yang
lengkap dengan semua warna-warni budaya K-Pop. Hal ini diakui oleh Korea
sebagai salah satu alat untuk menantang Amerika, yang selama ini merajai tangga
lagu dunia dan juga panggung dunia hiburan. K-Pop datang dengan kualitas
penyanyi yang sekadarnya, bahkan kadang tidak bisa bernyanyi sama sekali, Namun
yang luar biasa adalah cara pengemasan yang dilakukan dengan seapik-apiknya,
sehingga memberikan pertunjukkan luar biasa bagi para penonton yang langsung
dibuat terhipnotis.
Tidak hanya dengan
penampilan yang luar biasa, tetapi panggung dunia hiburan juga diobrak-abrik
sistemnya oleh K-Pop, atau dalam hal ini oleh Korea. Yang biasanya seorang
artis, atau penyanyi, atau sebuah grup mencari uang dari penonton lewat konser
dan penjualan album, kali ini Korea menambahkan beberapa aspek yang menarik,
diantaranya lewat proses meet and greet
yang dipungut biaya cukup besar, yang kemudian dilakukan sangat sering, dengan
skala yang besar, sehingga menjadi salah satu faktor keterikatan penggemar
dengan sang idola.
Besarnya Korea di panggung
dunia hiburan saat ini bukanlah kebetulan semata, para ahli kebudayaan di Korea
maupun pemerintah paham betul akan potensi budaya mereka, yang juga dibumbui
oleh dendam akan dominasi budaya Amerika yang setiap kali disajikan di panggung
dunia hiburan. Kesuksesan Korea dalam menaklukkan dunia hiburan sudah
dipersiapkan sejak lama, sehingga masyarakat Korea tumbuh dalam rencana
menaklukkan dunia dalam arti sebenarnya. Korea juga adalah salah satu Negara
yang masih menjalankan wajib militer bagi para remaja disana, bahkan salah satu
personil dari Super Junior – boy band fenomenal asal Korea – sempat rehat dari
karirnya untuk mengikuti wajib militer, ini juga merupakkan salah satu cara
dari pemerintah Korea Selatan untuk membuat masyarakat, khususnya kaum muda,
mengerti akan tanggung jawabnya sebagai warganegara.
Kesuksesan K-Pop dalam menaklukkan dunia hiburan tentunya
berimbas sangat baik pada ekonomi Korea Selatan, saat ini Korea Selatan
merupakan Negara ke 12 dengan ekonomi terkuat di dunia. Korea berkembang pesat
dalam industri kreatif dan juga industri mesin. Yang ingin ditekankan disini
adalah betapa suatu budaya dapat memberikan efek positif terhadap perkembangan
ekonomi, apalagi jika kebudayaan itu adalah kebudayaan mengakar, yang kemudian
memberikan perbedaan yang sangat jelas dengan kebudayaan lain. Kebudayaan yang
kuat adalah kebudayaan yang mempunyai identitas. Kebudayaan yang berbeda,
menjadikan suatu Negara unik.
Pendapat
Sapardi Djoko Damono yang mendalam mengenai membuka diri dan membuka pikiran
kepada kebudayaan lain, bahkan diharuskan untuk mencari dan mencuri kebudayaan
asing untuk diserap menjadi kebudayaan baru, tidak sepenuhnya benar. Hal ini
dikarenakan dalam melihat suatu budaya, masyarakat yang menetap dalam suatu
Negara haruslah jeli. Dalam era modern dengan teknologi dan informasi yang
berlimpah, kebudayaan suatu Negara memang pasti dipengaruhi oleh kebudayaan
lain, Namun tentunya kedewasaan kebudayaan dari Negara kita sendiri – Indonesia
– bisa terlihat ketika masyarakat tidak langsung menyerap dan membawanya ke
dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Indonesia sudah melakukan apa yang
memang seharusnya dilakukan suatu budaya dewasa, yaitu memilih dan menyeleksi
apa kebudayaan yang cocok diterima, dan apa yang harus ditolak.
Sapardi Djoko Damono, menggambarkan sebuah analogi yang
menarik untuk membedakan cara melihat masyarakat Indonesia zaman dahulu ketika
menyerap Gatotkaca dan Mahabharata yang berasal dari India untuk kemudian masuk
kedalam budaya Indonesia, hal ini sangatlah berbeda dengan cara masyarakat
modern menanggapi tokoh Superman dan menyerapnya didalam budaya Indonesia.
Bukanlah tidak mungkin seseorang sangat mencintai tokoh superhero Superman, namun yang harus diingat oleh Sapardi Djoko
Damono, penerapan budaya di dalam kehidupan tidaklah seperti dulu lagi.
Masyarakat yang benar-benar suka dengan Superman, tidak lagi terhipnotis kemudian
memahatnya dalam relief di rumah mereka, Namun penerapan yang lebih popular
seperti menggambarnya di dalam buku mereka, lebih masuk akal. Masyarakat
Indonesia sudah tahu benar bagaimana cara membawa pengaruh budaya asing ke
dalam kehidupan mereka sehari-hari tanpa merusak nilai-nilai kebudayaan yang
dipercayai oleh mereka.
Belajar dari beberapa kebudayaan yang dianggap belum
dewasa, sebut saja budaya dari benua Afrika (mayoritas, karena tentunya Afrika
terdiri dari banyak budaya), karena masyarakat asli yang menetap di Afrika
mudah percaya dan membuka diri terhadap kebudayaan asing, hingga saat ini
penerapan bahasa yang menyatu masih sulit ditemukan oleh benua hitam ini. Tidak
hanya itu, budaya Afrika yang masih sangat dekat kepada alam dan belum
mengalami fase pendewasaan, seringkali dibuat sedemikian rupa sehingga bisa
menguntungkan para pendatang, bahkan hampir semua Negara barat mempunyai
kepentingan di benua yang kaya raya dengan mineral bumi ini.
Tentunya seperti kita telah pelajari dalam sejarah bahwa
Indonesia sudah berulangkali mengalami penjajahan, mulai dari yang bertahan
berabad-abad, hingga yang hanya bertahan beberapa tahun saja, proses inilah
yang mendewasakan budaya Indonesia, sehingga budaya Indonesia sudah berkembang
menjadi budaya yang penuh dengan kebijaksanaan. Sangat jauh dari bijaksana,
bila bangsa Indonesia menyerap semua kebudayaan asing yang sarat akan
kepentingan politik dalam situasi dunia saat ini. Yang diperlukan adalah kedewasaan
masyarakat untuk benar-benar mengerti akan potensi budaya yang dipegang oleh
Indonesia, dan mau menjual juga membanggakan budaya Indonesia, sehingga bisa
diberdayakan semaksimal mungkin di dunia. Belajar dari apa yang sudah
dituliskan oleh sejarah Indonesia, untuk percaya dan membuka diri kepada
masyarakat asing, bisa berimbas menetapnya mereka dan akhirnya merajalela di
bumi pertiwi.