Pengalaman tiap orang dalam melihat suatu benda membawa setiap manusia
dalam pemahaman dan pembentukan persepsi, yang mana dalam melihat dan
menginterpretasi suatu bentuk visual sebenarnya datang dengan suatu sistem
pemahaman yang kadang kita pahami secara otomatis dan tidak menyadari saat kita
melakukannya. Ketika cahaya tertangkap oleh retina, otak kita menangkap sinyal
ini dalam waktu sangat cepat, hanya sepersepuluh detik saja. Maka dari itu,
otak manusia bekerja dalam keadaan otomatis dengan mengartikan apa yang ada di
depannya dengan melihat ke masa depan, tanpa memahami keadaan yang kita lihat
sesungguhnya. Perlu dipahami, bahwa tanpa pemahaman yang ‘sadar’ maka
sesungguhnya otak dan mata kita bekerja secara otomatis tanpa kesadaran.
Penjelasan ini sangat menarik
jika kita tarik dalam konteks ilusi visual yang terus menerus menipu cara kerja
otak maupun mata kita. Dalam suatu karya optical
illusion cara kerja otak dan mata kadang dipermainkan untuk membuat satu
persepsi baru yang menipu kedua organ kita ini. Melalui ilusi optik kita bisa
melihat bahwa suatu garis yang lurus bisa seakan melengkung, atau benda dengan
besar yang sama terlihat berbeda jika dikacaukan dengan beberapa benda lain
yang ditaruh dengan sengaja di dekatnya. Ilusi yang diciptakan oleh sistem
penangkapan cahaya melalui mata inilah yang sebenarnya adalah hubungan antara
mata dan otak yang tidak sinkron, sehingga menciptakan sesuatu yang berbeda
dari apa yang ada.
Dalam beberapa kasus, ilusi
optik disebabkan oleh mata yang mencoba untuk mencari jalan pintas dalam
menginterpretasikan gambar yang diterima di dalam otak, padahal apa yang
sebenarnya ditangkap, jika mau dipandang lebih jelas akan menghasilkan
interpretasi yang berbeda.
Ilusi optik sebagai salah satu
cara untuk mengelabui mata ini, juga menjadi cara bagi banyak seniman untuk
mengeksplorasi karya mereka. Kita bisa sebut beberapa diantaranya adalah
Salvador Dali yang banyak menggunakan ilusi optik dalam menggambarkan suatu
bentuk sedangkan sebenarnya berasal dari bentuk lain. Sebut juga, M.C. Escher
yang sering membuat gambar di atas gambar dengan pola terbolak balik. Yang
sangat menonjol dari beberapa seniman-seniman yang penulis sebutkan di atas
adalah ketertarikan mereka dengan dunia sains yang bisa secara detail mereka
torehkan di atas kanvas mereka.
Misalnya saja Salvador Dali
seniman beraliran surealisme yang kerap membuat ilusi optik dengan kedalaman
yang bervariasi di dalam lukisannya ternyata memiliki ketertarikan besar pada
teori psikoanalisis dari Sigmund Freud. Di dalam perpustakaannya juga dipenuhi
oleh berbagai macam buku mengenai fisika, kimia, teori dasar kehidupan, evolusi
dan juga matematika. Maka bisa disimpulkan bahwa untuk membuat karya yang luar
biasa detail seperti ilusi optik yang penulis sebutkan di atas, memerlukan
presisi yang sangat baik dalam perhitungan kedalaman perspektif, sehingga ilusi
yang benar-benar diinginkan dapat terwujud.
Dalam teorinya, untuk membuat
ilusi optik bukanlah hal yang sulit dilakukan karena semua manusia mempunyai
kebiasaan yang sama. Mata kita mencari apa yang menjadi lazim dan sering kita
lihat di kehidupan sehari-hari. Bukan tidak mungkin dengan melalui pembelajaran
yang lebih detail setiap orang dapat membuat ilusi optik hanya dengan
bermodalkan penggaris semata. Namun, seiring dengan eksplorasi yang biasanya
dilakukan oleh para pelukis terkenal, biasanya semakin rumit pula ilusi optik
yang bisa diciptakan dalam kanvas mereka.
Salah satu karya Salvador Dali berjudul
L’Amour de Peirrot lengkap dengan ilusi optik yang dapat langsung kita lihat, yaitu
tengkorak yang menyeruak ditengah gambar dua orang yang sedang menikmati anggur
sambil bercengkrama. Dalam karya ini, mau tidak mau mata kita akan lebih dahulu
mengartikan tengkorak yang Nampak lebih dominan dan lebih jelas jika
dibandingkan dengan kedua orang di dalam gambar ini.
Apa yang dilakukan sang seniman
dalam kanvas atau bidang datar ini sudah hampir 1 abad yang lalu, tentunya
bukanlah menjadi hal yang sulit bagi para seniman di zaman modern ini untuk
berkarya dan mengekplor lebih jauh mengenai ilusi optik. Beberapa seniman
modern yang sering bereksperimen dengan gaya ini adalah Damien Gilley yang
biasa memanfaatkan ruangan untuk menjadi media berkarya untuk memperlihatkan
ilusi kedalaman yang dapat ia ciptakan melalui objek datar. Karyanya biasa
mengeksplor kedalaman dengan ketepatan ukuran dan panjang garis yang ia biasa
torehkan di atas dinding, hasil ilusi yang ia ciptakan adalah kedalaman 3
dimensi yang membuat penikmatnya seakan diajak masuk ke dalam ruangan lain.
Yang menarik untuk dicermati
adalah perhitungan yang dilakukan sangat detail dalam pengerjaannya sehingga
tercipta satu garis sempurna dan kedalaman dalam sebuah karya dengan bidang
datar. Selain Gilley masih banyak juga seniman-seniman kontemporer lain yang
juga melakukan ilusi optik di dalam karya mereka, diantaranya Erik Johansson fotografer
asal Swedia yang banyak mengambil gambar pemandangan untuk kemudian dieksplor
dengan ilusi optik. Atau Felice Varini yang menggunakan objek-objek geometris
dalam membuat karya di dalam suatu bidang 3 dimensi.
Selain digunakan sebagai media ekplorasi
seni bagi beberapa seniman sejak berabad-abad lalu, ilusi optik juga mulai
merambah ke dunia periklanan dan masuk ke dalam kehidupan sehari-hari setiap
manusia. Bisa kita cermati beberapa penerapan yang menarik yang bisa kita temui
di jalan. Jika mau lebih jeli melihat, sekarang sudah banyak diantara kita
hiburan yang biasa dilakukan di beberapa tempat hibutan, misalnya dengan
lukisan 3D yang bisa dijadikan objek foto. Tidak hanya itu saja, ilusi optik
juga mulai digunakan menjadi cara untuk memasarkan suatu barang, terlebih
digunakan oleh merk high fashion terkenal
asal Prancis yaitu Louis Vuitton yang bisa kita lihat juga di beberapa mall di
Jakarta.
Maka dari penjelasan di atas,
dapat dipahami bahwa dalam keseharian kita juga banyak karya-karya menarik yang
di dalamnya terkandung unsur ilusi optik. Dan yang menjadi tantangan adalah
cara dari kita sebagai para pengamat untuk melihat dengan baik apa yang
sebenarnya tersembunyi di balik suatu karya seni lengkap dengan
perhitungan-perhitungan detail sehingga mampu mengelabui mata kita akan
informasi yang diterima oleh otak.