Wednesday 18 February 2015

Perception Vs Reality


Pengalaman tiap orang dalam melihat suatu benda membawa setiap manusia dalam pemahaman dan pembentukan persepsi, yang mana dalam melihat dan menginterpretasi suatu bentuk visual sebenarnya datang dengan suatu sistem pemahaman yang kadang kita pahami secara otomatis dan tidak menyadari saat kita melakukannya. Ketika cahaya tertangkap oleh retina, otak kita menangkap sinyal ini dalam waktu sangat cepat, hanya sepersepuluh detik saja. Maka dari itu, otak manusia bekerja dalam keadaan otomatis dengan mengartikan apa yang ada di depannya dengan melihat ke masa depan, tanpa memahami keadaan yang kita lihat sesungguhnya. Perlu dipahami, bahwa tanpa pemahaman yang ‘sadar’ maka sesungguhnya otak dan mata kita bekerja secara otomatis tanpa kesadaran.

Penjelasan ini sangat menarik jika kita tarik dalam konteks ilusi visual yang terus menerus menipu cara kerja otak maupun mata kita. Dalam suatu karya optical illusion cara kerja otak dan mata kadang dipermainkan untuk membuat satu persepsi baru yang menipu kedua organ kita ini. Melalui ilusi optik kita bisa melihat bahwa suatu garis yang lurus bisa seakan melengkung, atau benda dengan besar yang sama terlihat berbeda jika dikacaukan dengan beberapa benda lain yang ditaruh dengan sengaja di dekatnya. Ilusi yang diciptakan oleh sistem penangkapan cahaya melalui mata inilah yang sebenarnya adalah hubungan antara mata dan otak yang tidak sinkron, sehingga menciptakan sesuatu yang berbeda dari apa yang ada.

Dalam beberapa kasus, ilusi optik disebabkan oleh mata yang mencoba untuk mencari jalan pintas dalam menginterpretasikan gambar yang diterima di dalam otak, padahal apa yang sebenarnya ditangkap, jika mau dipandang lebih jelas akan menghasilkan interpretasi yang berbeda.







Ilusi optik sebagai salah satu cara untuk mengelabui mata ini, juga menjadi cara bagi banyak seniman untuk mengeksplorasi karya mereka. Kita bisa sebut beberapa diantaranya adalah Salvador Dali yang banyak menggunakan ilusi optik dalam menggambarkan suatu bentuk sedangkan sebenarnya berasal dari bentuk lain. Sebut juga, M.C. Escher yang sering membuat gambar di atas gambar dengan pola terbolak balik. Yang sangat menonjol dari beberapa seniman-seniman yang penulis sebutkan di atas adalah ketertarikan mereka dengan dunia sains yang bisa secara detail mereka torehkan di atas kanvas mereka.

Misalnya saja Salvador Dali seniman beraliran surealisme yang kerap membuat ilusi optik dengan kedalaman yang bervariasi di dalam lukisannya ternyata memiliki ketertarikan besar pada teori psikoanalisis dari Sigmund Freud. Di dalam perpustakaannya juga dipenuhi oleh berbagai macam buku mengenai fisika, kimia, teori dasar kehidupan, evolusi dan juga matematika. Maka bisa disimpulkan bahwa untuk membuat karya yang luar biasa detail seperti ilusi optik yang penulis sebutkan di atas, memerlukan presisi yang sangat baik dalam perhitungan kedalaman perspektif, sehingga ilusi yang benar-benar diinginkan dapat terwujud.

Dalam teorinya, untuk membuat ilusi optik bukanlah hal yang sulit dilakukan karena semua manusia mempunyai kebiasaan yang sama. Mata kita mencari apa yang menjadi lazim dan sering kita lihat di kehidupan sehari-hari. Bukan tidak mungkin dengan melalui pembelajaran yang lebih detail setiap orang dapat membuat ilusi optik hanya dengan bermodalkan penggaris semata. Namun, seiring dengan eksplorasi yang biasanya dilakukan oleh para pelukis terkenal, biasanya semakin rumit pula ilusi optik yang bisa diciptakan dalam kanvas mereka.



Salah satu karya Salvador Dali berjudul L’Amour de Peirrot lengkap dengan ilusi optik yang dapat langsung kita lihat, yaitu tengkorak yang menyeruak ditengah gambar dua orang yang sedang menikmati anggur sambil bercengkrama. Dalam karya ini, mau tidak mau mata kita akan lebih dahulu mengartikan tengkorak yang Nampak lebih dominan dan lebih jelas jika dibandingkan dengan kedua orang di dalam gambar ini.

Apa yang dilakukan sang seniman dalam kanvas atau bidang datar ini sudah hampir 1 abad yang lalu, tentunya bukanlah menjadi hal yang sulit bagi para seniman di zaman modern ini untuk berkarya dan mengekplor lebih jauh mengenai ilusi optik. Beberapa seniman modern yang sering bereksperimen dengan gaya ini adalah Damien Gilley yang biasa memanfaatkan ruangan untuk menjadi media berkarya untuk memperlihatkan ilusi kedalaman yang dapat ia ciptakan melalui objek datar. Karyanya biasa mengeksplor kedalaman dengan ketepatan ukuran dan panjang garis yang ia biasa torehkan di atas dinding, hasil ilusi yang ia ciptakan adalah kedalaman 3 dimensi yang membuat penikmatnya seakan diajak masuk ke dalam ruangan lain.






Yang menarik untuk dicermati adalah perhitungan yang dilakukan sangat detail dalam pengerjaannya sehingga tercipta satu garis sempurna dan kedalaman dalam sebuah karya dengan bidang datar. Selain Gilley masih banyak juga seniman-seniman kontemporer lain yang juga melakukan ilusi optik di dalam karya mereka, diantaranya Erik Johansson fotografer asal Swedia yang banyak mengambil gambar pemandangan untuk kemudian dieksplor dengan ilusi optik. Atau Felice Varini yang menggunakan objek-objek geometris dalam membuat karya di dalam suatu bidang 3 dimensi.




Selain digunakan sebagai media ekplorasi seni bagi beberapa seniman sejak berabad-abad lalu, ilusi optik juga mulai merambah ke dunia periklanan dan masuk ke dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia. Bisa kita cermati beberapa penerapan yang menarik yang bisa kita temui di jalan. Jika mau lebih jeli melihat, sekarang sudah banyak diantara kita hiburan yang biasa dilakukan di beberapa tempat hibutan, misalnya dengan lukisan 3D yang bisa dijadikan objek foto. Tidak hanya itu saja, ilusi optik juga mulai digunakan menjadi cara untuk memasarkan suatu barang, terlebih digunakan oleh merk high fashion terkenal asal Prancis yaitu Louis Vuitton yang bisa kita lihat juga di beberapa mall di Jakarta.






Maka dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa dalam keseharian kita juga banyak karya-karya menarik yang di dalamnya terkandung unsur ilusi optik. Dan yang menjadi tantangan adalah cara dari kita sebagai para pengamat untuk melihat dengan baik apa yang sebenarnya tersembunyi di balik suatu karya seni lengkap dengan perhitungan-perhitungan detail sehingga mampu mengelabui mata kita akan informasi yang diterima oleh otak. 

2 comments: