Saturday 22 December 2012

The Journey to Find Confidence II

Meskipun saya lulus dari SMA dengan nilai yang cukup baik, saya tetap memilih mengejar passion saya di seni. Akhirnya saya memilih untuk masuk ke sekolah seni, disini saya cukup banyak memupuk diri saya, meskipun terkubur tugas kuliah yang begitu banyak dan seringkali tidak dapat menemukan waktu untuk mengerjakan personal project, tapi yang diajarkan di sekolah ini sangat membuat saya tertantang, dan akhirnya makin banyak keterampilan yang saya miliki dalam mengolah karya saya.


Halfway through my education, saya mengalami kejadian paling pahit dalam hidup saya. Saya kehilangan seorang pria yang menjadi mentor saya, teman saya, orang yang paling baik, paling sabar yang pernah saya kenal, Ayah saya. Soehartono Dachlan, ia meninggal karena sakit kanker yang sempat ia derita selama hampir 5 tahun. Di akhir hidupnya, yang paling menyakitkan untuk saya adalah kenyataan bahwa saya belum jadi "orang" ketika dia pergi. I was only 20 years old, and I haven't done anything to make him proud. Tapi saya cukup bersyukur atas waktu yang telah Tuhan berikan di akhir hidupnya, saya masih bisa merawat dia sampai dia dipanggil Yesus.



Setelah kematian Ayah saya, saya berjanji akan menjadi anak yang jauh lebih baik. Saya berjanji akan menyenangkan ibu saya, satu-satunya orang tua saya yang tersisa di dunia. Saya yang diujung pendidikan S1 saya, diminta oleh ibu saya untuk mengikuti suatu ajang kompetisi modeling, yang jujur tidak pernah terbesit ingin saya ikuti. Saya, gadis idealis yang tidak percaya dengan dunia yang materialistis, harus mengikuti ajang dimana isinya hanya gadis-gadis yang berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan dia?


Saya tetap bersikeras tidak mau mengikuti ajang ini, sampai seseorang mengatakan "kirim aja dulu, emang pasti masuk apa?!" entah kenapa kata-kata ini membekas, seakan menantang saya, and I really like challenges. So I sent the application form, along with the essay. Ini memang benar-benar dunia baru untuk saya, namun saya disambut dengan begitu lancarnya jalan yang sudah tertata, semua begitu cepat, dan saya berhasil jadi yang terbaik. 

Kemenangan ini adalah suatu berkat dan sekaligus kutukan untuk saya. Seseorang yang begitu pemalu, senang bekerja dibelakang layar, dan mengungkapkan semuanya melalui karya, akhirnya harus maju ke depan kamera, menumbuhkan rasa percaya diri, dan yang terpenting adalah merasa bahwa saya adalah wanita cantik.

Cantik adalah kata yang selalu jauh dari saya. Saya tidak pernah dianggap orang lain cantik, saya gelap, aneh, egois, kasar, untuk menjadi wanita cantik adalah sesuatu yang saya benar-benar tidak mengerti. Terjunlah saya dalam ikatan agency, untuk menjadi model selama 1 tahun, inilah yang akhirnya mengubah saya menjadi gadis yang cukup toleran dan cukup terbuka, meskipun sisa idealisme masih banyak melekat di diri saya. 

Begitu banyak pilihan langsung hadir didepan saya, begitu banyak kesempatan, begitu banyak jalan, begitu banyak keinginan. Akhirnya saya berjalan dengan 1 keinginan, yaitu akan kembali berkarya di bidang seni. Apapun saya lewati, dan saat ini, apa yang saya lakukan di depan kamera kadang membunuh saya sedikit demi sedikit, saya masih belum pernah bisa berdiri dengan tegar didepan lensa. Saya masih merasa terancam, dan seperti akan terbunuh, sangat berbeda ketika saya memegang pensil dan kertas, saya merasa itu adalah bagian dari saya.

Namun, inilah pekerjaan saya, menjadi seorang jurnalis, atau so-called news anchor. Pekerjaan yang cukup idealis dengan tantangan diri paling berat, yaitu tampil di depan publik. Saya harap keputusan saya memasuki dunia ini akan memberi faedah dalam hidup saya selanjutnya. Dengan masuk ke dunia yang paling tidak terpikirkan sebelumnya, saya harap saya akan dapat tantangan yang jauh lebih besar dari orang lain. Saya bangga bisa menarik diri saya untuk keluar dari comfort zone, dan bekerja dengan orang lain dan menjadi seseorang yang cukup outgoing. Dengan ini saya menantang diri saya untuk tidak menjadi orang yang tertutup. 

Namun apapun yang saya jalankan hingga saat ini akan kembali bermuara di seni. Seni adalah balance yang saya perlukan di hidup saya. Seni tidak punya batasan, seni tidak menuntut apapun, seni adalah hidup. Saya harap di akhir hidup saya, dunia seni akan kembali memeluk saya dalam kehangatannya..

4 comments:

  1. ...shahnaz gak cantik? really?... =O " Cantik adalah kata yang selalu jauh dari saya. Saya tidak pernah dianggap orang lain cantik,... "

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Kak Shahnaz siapa bilang tidak cantik , kak Shahnaz wanita paling cantik diantara semua news anchor yang ada, maka dari itu saya selalu nonton kak Shahnaz setiap pagi di IMS NET soalnya selalu bikin semangat kalau liat kak Shahnaz yang cantik ditambah pintar lagi.
    Kak Shahnaz follback ya twitter saya @KhrisnaRF95 saya ngefans banget sama kak Shahnaz (@S_mariela)

    ReplyDelete
  4. kayanya kamu udah bikin ayah kamu tersenyum liat penampilan Shahnaz Soehartono yg sekarang...

    ReplyDelete